SADAP yang Bikin Tak SEDAP



SADAP yang Bikin Tak SEDAP
By: Nandang Burhanudin 
**** 

Beberapa hari ke depan,masyarakat Indonesia akan dibuat gerah oleh isu penyadapan terhadap simbol negara Presiden SBY. Saya yakin, akan ada Barisan-barisan atau Garda-garda yang akan membakar bendera Australia.

Tidak ada yang patut diberitakan dari Sadap yag Tak SEdap ini, paling positifnya Indonesia sudah saatnya memiliki teknologi antisadap yang bikin sedap. Berita penyadapan tidak seganas yang diberitakan saat ini. Apalagi itu sudah berlangsung lama. Di samping, hampir tak ada kebijakan Presiden SBY yang mencemaskan Australia-AS-dan sekutu-sekutunya.

Pun bagi kita sebagai rakyat, tak perlu reaktif dan cemas seolah-olah Australia adalah binatang buas yang sangat berbahaya yang harus diperangi. Tengok saja nilai perdagangan antara Indonesia dan Aussie. Bukankah Australia yang surplus? So rileks saja.


Lho, lantas kenapa pemberitaan penyadapan itu menjadi headline di berbagai media cetak dan elektronik, kenapa beritanya mengalahkan isu yang lebih penting dan sensitif yaitu kasuss Century, Hambalang, E-KTP, dan kebusukan-kebusukan lainnya? Bagi saya, penyadapan itu jelas-jelas sebuah Pengalihan Isu.

Model kebijakan pengalihan isu sudah menjadi tren dan gaya hampir semua pemimpin negara. Tengoklah George Bush Senior dan Junior. Untuk meningkatkan rating, ia menempuh kebijakan pengalihan isu yang tragis dan berdarah-darah: Serangan Teroris 9-11 kemudian penyerangan Irak-Afghanistan. Lalu apa setelah itu?

Atau perhatikan PM Najib yang saat elektabilitasnya ambruk, tiba-tiba isu penyerangan dari anggota kerajaan Zulu Filiphina merebak bukan? Ternyata UMNO itu kalah di Pilihan Raya 13 (PRU 13). Tapi isu penyerangan itu membuat kekalahan UMNO tidak terlalu dramatis.

Lalu isu terorisme. Sejak 1977 telah lama digunakan Soeharto sebagai pengalihan isu. Disebutkan dalam buku 'Soharto dan Barisan Jenderal Orba'karya David Jenkis, bahwa sangat mungkin Komando Jihad diciptakan sebagai taktik menghadapi Pemilu 1977. Komando Jihad dijadikan sarana bagi Kopkamtib untuk menangkap dan menindak politisi-politisi Islam saat itu.

Maka berdasarkan pengalaman dan teori intelijen tersebut, kita bisa membaca mengapa setiap kali ada kasus korupsi BESAR, selalu marak ancaman teror bom, isu terorisme, perkelahian TNI-POLRI, dlsb. Namun nampaknya, kini masyarakat sudah sangat melek dan paham, semua itu isu belaka. Maka -semoga saya tidak buruk sangka- pemangku kebijakan negeri ini perlu membuat kehangatan. Tak ada yang bikin hangat kecuali 'konflik dengan negara lain' seperti BUSH konflik dengan Irak-Afghanistan.

Satu lagi, apakah 10 tahun berkuasa ada kebijakan Bapak SBY yang membahayakan Australia? Kalau yang membahayakan rakyat, itu pasti bukan? He he 
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar