Usaha Pembongkaran dan Pencurian Jasad Nabi Shallallahu’alaihi Wassalam (2)


Oleh: H. Asmuni Solihan, LC
Lanjutan tulisan PERTAMA
PARA sejarawan juga mengungkap kejadian besar tahun 1164 M atau 557 H yang ditulis Al Allamah Jamaluddin Al Asnawi terkait tentang larangan menjadikan orang-orang Kristiani sebagai pemimpin:
“Pada masa pemerintahan raja yang adil, Sultan Nuruddin  Mahmud  Zanki, bahwa orang-orang Kristiani ingin melakukan peristiwa besar yang mereka anggap bisa dilakukan dengan sempurna. Namun Allah menolak selain menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya. [Baca juga:Nuruddin Mahmud Zanki, Pahlawan Muslim yang Terlupakan (bag. 1) ]
Demikian itu karena Sultan Nuruddin mimpi dalam tidurnya setelah shalat tahajjud yang menjadi kebiasaannya setiap malam. Ketika dalam mimpinya ini, Sultanmelihat Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam mengisyaratkan kepadanya tentang dua orangberambut pirang,seraya mengatakan, “Selamatkan aku! Selamatkan aku dari dua orang ini!” Maka dia bangun dari tidurnya dengan keadaan takut. Kemudian dia berwudhu dan shalat lagi, lalu tidur. Dalam tidurnya ini juga bermimpi tentang hal yang sama, maka dia pun bangun, lalu berwudhu dan shalat lagi, Kemudian ketika tidur, dia juga mimpi yang sama untuk ketiga kalinya, maka dia bangun dan mengatakan, “Tidak mungkin aku tidur lagi.”
Kisah ini juga tercatat dalam Kitab Fusul Min Tarikhi Al-Madinah Al Munawarah.
Sultan Nuruddin memiliki menteri yang shalih bernama Jamaluddin Al Mushili. Maka dipanggillah menterinya itu pada malam itu juga sebelum Subuh, dan menceritakan kepadanya apa yang dilihatnya dalam mimpi, dan mengatakan kepadanya, “Rahasiakan apa yang aku ceritakan kepadamu.” Maka Sultan dan menterinya bersama rombonganpergi ke Madinah dengan membawa banyak harta.Di mana perjalanan ini ditempuh selama 16 hari.
Ketika sampai di Madinah, Sultan Nuruddin mandi di luar masjid,kemudian masuk masjid Nabawi untuk sahalat diraudhah, lalu berziarah ke makam Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassallam. Kemudian dia duduk dan tidak mengerti apa yang akan dilakukan.Maka sang menteri berkata kepadanya, “Apakah engkau mengenali dua orang itu jika melihat keduanya?” Ia berkata, “Ya.” Lalu ketika penduduk Madinah berkumpul di masjid, sang menteri mengatakan, “Sesungguhnya Sultan bermaksud ziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan membawa banyak harta untuk disedekahkan. Maka tulislah orang-orang yang ada di sekitar kalian!”
Lalu mereka menulis seluruh nama penduduk Madinah, dan Sultan Nuruddin menyuruh agar menghadirkan mereka.
Ketika mereka berkumpul untuk mengambil permberian dari Sultan, maka setiap orang yang hadir diperhatikan oleh Sultan untuk menemukan sifat yang diberitahukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dalam mimpinya. Namun Sultan tidak mendapatinya sama sekali. Lalu ketika sebelum habisnya orang-orang yang datang untuk mengambil sedekah, Sultan mengatakan, “Apakah masih ada yang tersisa seseorang yang belum mengambil sedekah?”Mereka menjawab, “Tidak!” “Cobalah pikirkan sekali lagi!” kata Sultan. Maka mereka mengatakan, “Tidak tersisa seorang pun kecuali dua orang dari Maghribi yang tidak mengambil pemberian dari siapapun.  Keduanya adalah orang shalih dan kaya serta banyak memberikan sedekah kepada orang-orang yang membutuhkan.”
Maka Sultan Nuruddin menjadi lega dadanya, lalu dia mengatakan, “Datangkanlah kedua orang itu kepadaku.”
Pada saat keduanya datang,Sultan melihat bahwa keduanya sama dengan ciri-ciri yang diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam kepadanya di  dalam mimpinya dengan mengatakan, “Selamatkan aku dari kedua orang ini.” Maka Sultan mengatakan kepada keduanya, “Darimanakah kalian?” Keduanya menjawab, “Dari daerah Maghribi. Kami datang untuk haji, dan pada tahun ini kami memilih tinggal di tempatyang dekat makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.”
Sultan berkata, “Jujurlah kalian!” Tapi keduanya diam membisu, maka Sultan berkata, “Di mana tempat tinggal kalian?” Lalu Sultan diberitahu bahwa keduanya tinggal di pondokan dekat makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam. Maka Sultan memegang keduanya untuk dibawa ke tempat tinggal keduanya, dan di sana Sultan mendapati banyak harta, dua koper dan kitab-kitab tentang kelembutan hati, namun tidak melihat sesuatu pun yang selain itu. Lalu penduduk Madinah banyak memuji kedua orang tersebut dengan mengatakan, “Keduanya rajin puasa, selalu shalat di raudhah, ziarah ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan ke Baqi’ setiap pagi, datang ke masjid Quba’ setiap Sabtu, dan tidak pernah menolak orang yang meminta sama sekali. Di mana keduanya menutupi kebutuhan penduduk Madinah pada tahun paceklik ini.”
Maka Sultan mengatakan, “Subhanallah!”
Lalu Sultan mengelilingi rumah sendiri, kemudian mengangkat tikar yang terdapat di dalam rumah, betapa kagetnya, Sultan melihat galian terowongan ke arah kamar makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam, maka bergemetarlah manusia karena itu. Ketika itulah Sultan mengatakan, “Jujurlah kalian berdua!” Dan Sultan memukul keduanya dengan sangat keras. Maka keduanya mengaku bahwa keduanya adalah orang Kristiani yang diutus oleh orang-orang Kristiani dengan berpenampilan jamaah haji dari Maghribi serta dibekali banyak harta, dan diperintahkan untuk melakukan hal besar yang menjadi khayalan mereka. Di mana mereka mengira akan bisa melakukan apa yang dihiaskan oleh Iblis dalam memindahkan jasad Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan dampak yang terjadi karenanya.
Lalu keduanya bertempat di rumah yang paling dekat ke makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam dan melakukan penggalian terowongan pada malam hari, di mana masing-masing memiliki tas koper kulit dan busana Maghribi. Lalu tanah yang terkumpul dimasukkan ke dalam koper, dan keduanya keluar seraya menampakkan ziarah ke Baqi’ dengan maksud membuang tanah hasil galian ke pemakaman Baqi’. Demikian itulah muslihat jahat yang dilakukan keduanya dalam tempo cukup lama dengan harapan bisa memindahkan jasad Nabi Shallallahu ‘alahi Wassallam agar bisa dibawa ke negeri mereka (ketika dipimpin raja Kristiani).
Hingga ketika galian keduanya telah mendekati makam Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam, maka langit bergemuruh petir dan terjadilah guncangan besar.
Paginya Sultan Nuruddin datang untuk menangkap kedua orang tersebut. Ketika keduanya mengaku dan nampak bukti-bukti perbuatan keduanya, maka Sultan memerintahkan keduanya dihukum mati yang eksekusinya dilakukan di bawah jendela di samping tempat pemakaman Nabi Shallallahu ‘alaihi Wassallam.
Kemudian Sultan kembali lagi ke negerinya, dan memerintahkan untuk melemahkan kaum Nasrani dan tidak memberikan kepada orang kafir pekerjaan apa pun dalam pemerintahan, disamping itu juga memerintahkan untuk memotong semua pajak. (Dalam Wafa’ Al Wafa 2: 648-650).*/bersambung ,” Benteng Bawah Tanah Sekitar Makam Nabi”
Rep: Administrator
Editor: Cholis Akbar
Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar :

Posting Komentar